Menu Close
Seorang petani menunjukkan padi yang rusak di Kalideres, Jakarta Barat. Zabur Karuru/Antara

Tidak hanya virus Corona, demi ketahanan pangan, kita juga perlu peduli virus yang menyerang tumbuhan

Pernah melihat daun tanaman menguning, mengeriting, berbercak-bercak selang-seling hijau kuning? Pernah memperhatikan buah retak atau pecah, padahal masih tergantung di tanaman? Atau menemukan tanaman berukuran kerdil dibandingkan tanaman sejenisnya?

Barangkali kita menduga gejala-gejala tersebut disebabkan oleh kurangnya kandungan hara dalam tanah. Tapi, setelah kebutuhannya terpenuhi, gejala itu tak menghilang. Bahkan, gejala menyebar ke tanaman di sekitarnya. Tiba-tiba seluruh tanaman di taman atau lahan pertanian kita habis dirusak oleh gejala-gejala tersebut.

Begitulah virus tumbuhan bekerja. Kejadiannya mirip dengan infeksi COVID-19. Mulanya, beberapa orang di Wuhan menunjukkan gejala. Kemudian, virus menyebar hingga menginfeksi penduduk di satu kota, kemudian menjadi pandemi dengan 250 juta kasus terkonfirmasi– nyaris setara dengan jumlah penduduk di tanah air.

Jika tidak diantisipasi, penyebaran virus tumbuhan pun dapat membuat dunia kewalahan karena terkait dengan aspek ketahanan pangan. Pandemi COVID-19 dapat menjadi pelajaran untuk menyadarkan publik untuk mencegah penyebaran virus yang mengganggu aktivitas manusia.

Berbagai kejadian gagal panen akibat virus

Penyebaran virus tumbuhan tak bisa diremehkan.

Di Afrika, lima tahun lalu, penyebaran Cassava brown streak virus menghancurkan pertanian singkong, komoditas pangan yang menyuapi 800 juta penduduk Afrika bagian timur. Virus ini menimbulkan bercak-bercak kuning pada daun singkong, menyebabkan garis coklat pada batangnya, hingga menggerogoti dan mereduksi produksi umbinya.

Selain singkong, kerusakan juga terjadi pada tanaman jagung di Amerika Serikat, Meksiko, Argentina, Cina, Spanyol, dan beberapa negara lainnya akibat penyebaran virus Maize chlorotic mottle virus. Infeksi virus ini dapat mengurangi hasil panen hingga 22%.

Di Indonesia, penyebaran virus Rice tungro baciliform virus dan Rice tungro spherical virus yang dibawa oleh wereng hijau adalah ancaman yang menghantui produksi beras nasional. Infeksi virus ini ditandai dengan daun yang berwarna kuning, tanaman menjadi kerdil, serta pertumbuhan yang terhambat.

Wereng hijau, hama sekaligus pembawa virus Rice tungro baciliform virus dan Rice tungro spherical virus yang dapat menggagalkan panen padi.

Kementerian Pertanian mencatat selama 1969-1992, ada sekitar 244 ribu hektare lahan padi di seluruh Indonesia yang terdampak virus ini – dikenal dengan penyakit tungro.

Pemerintah juga meramalkan pada tahun ini, penyakit tungro menyerang 359 hektare sawah di Jawa Barat. Luasan sawah tersebut kira-kira dapat memproduksi sekitar 2000 ton padi – setara dengan konsumsi beras 20 ribu warga setahun.

Sejak 2010, saya terlibat dalam sejumlah penelitian virus tumbuhan di Yogyakarta dan Jawa Barat. Tim kami mencatat sejumlah virus, terutama spesies-spesies dari marga Begomovirus yang menyerang beragam tanaman pertanian kita, seperti cabai, tomat, mentimun, terong, dan melon.

Seiring tahun, virus ini terus berevolusi, memperluas kisaran tanaman inang dan cakupan geografisnya. Misalnya spesies Tomato leaf curl New Delhi virus dari marga ini. Tomato leaf curl New Delhi virus bukan hanya menyerang tanaman inang asalnya dari famili Solanaceae – keluarga tanaman; salah satu anggotanya adalah tomat -, tetapi juga merambah dan dominan pada keluarga Cucurbitaceae seperti mentimun dan melon.

Virus tersebut – yang berasal dari India – telah menyebar ke Eropa dan Asia termasuk di Indonesia. Bahkan, sampel yang ditemukan di Indonesia memberikan gejala yang lebih parah dibandingkan yang dari Eropa.

Seakan semua masalah tadi belum cukup, Tomato leaf curl New Delhi virus - yang inang aslinya adalah tanaman tomat - belakangan ini ditemukan mengalami rekombinasi atau penggabungan dengan Squash leaf curl China virus.

Squash leaf curl China virus merupakan spesies lain dari marga Begomovirus dengan inang asli tanaman labu. Penggabungan tersebut membuat penyebaran mereka kian dominan di lahan pertanian.

Bagaimana pencegahan dan penanganannya?

Sama seperti beragam upaya terkait pandemi, kita juga perlu melakukan beraneka tindakan pencegahan dan penanganan terhadap virus tumbuhan.

Langkah pencegahan paling utama adalah dengan menjaga lingkungan kita tetap alami. Di sini, peran pemerintah sangat diperlukan.

Hutan harus dijaga kelestariannya karena hutan berisiko menjadi ‘kotak pandora’ penyebaran virus. Begitu hutan dibuka, untuk permukiman misalnya, virus-virus berisiko terlepas dari ‘kurungan’ alaminya.

Hutan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Maka, patut diduga ini juga berimbas pada keanekaragaman virusnya.

Sementara, untuk mencegah virus asing masuk ke Indonesia, upaya karantina tanaman oleh Kementerian Pertanian perlu diperkuat. Petugas karantina perlu meningkatkan kewaspadaan dan mesti dibekali peranti deteksi virus terkini.

Aktivitas pengawasan impor tanaman juga perlu ditingkatkan. Tak boleh tanaman asing masuk secara ilegal. Sebab, tanaman sejenis kaktus bahkan bisa terserang virus.

Sedangkan dalam hal penanganan, sejauh ini belum ada obat mujarab untuk menangani serangan virus tumbuhan.

Upaya yang bisa dilakukan adalah isolasi dan pemusnahan. Seperti proses isolasi pada manusia yang sakit, tanaman yang terjangkit virus harus dijauhkan dari tanaman yang lain agar tidak menularkan virusnya.

Jika upaya isolasi tidak mempan, dan penularan virus sudah tidak terkendali, maka pemusnahan harus dilakukan. Misalnya melalui pembabatan semua tanaman yang sakit agar lahan pertanian dapat ditanami tumbuhan baru.

Pada akhirnya kepedulian akan virus tumbuhan ini tidak kalah penting dengan kepedulian terhadap COVID-19.

Jika virus Corona mengancam kelangsungan populasi manusia, maka virus tumbuhan berpotensi mengancam kelangsungan pasokan pangan yang juga berdampak pada aktivitas kita.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 183,100 academics and researchers from 4,950 institutions.

Register now