Menu Close
Olahan Tempe

Kenapa kita harus makan tempe? Ahli jawab olahan tempe mana yang lebih baik untuk kesehatan

Tak hanya orang Indonesia, orang-orang dari luar Indonesia juga menyukai tempe. Makanan berbahan dasar kedelai ini sering dianggap sebagai makanan kelas bawah dan dituduh sebagai penyebab hipertensi jika terlalu banyak mengkonsumsinya.

Padahal, tempe juga diyakini merupakan salah satu makanan yang menyimpan segudang manfaat untuk kesehatan.

Tempe adalah produk makanan fermentasi tradisional berbahan kacang-kacangan, umumnya kedelai, yang ditumbuhi oleh jamur yang dikenal sebagai jamur tempe.

Jamur tersebut memecah dan menyederhanakan struktur zat-zat kimia dalam kedelai sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh.

Proses ini kemudian meningkatkan nilai nutrisi kedelai yang menjadikan tempe memiliki kandungan isoflavon atau merupakan senyawa fitokimia yang ditemukan dalam tumbuhan.

Isoflavon sendiri dapat berfungsi untuk menurunkan kolestrol jahat, mengurangi resiko kanker, mencegah diare, dan menurunkan tekanan darah.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh untuk meningkatkan imunitas dibandingkan dengan zat lain yang ada dalam kedelai.

Mutu gizi yang tinggi pada tempe, menjadikan tempe sebagai makanan fungsional dengan manfaat lebih dari sekadar sumber protein.

Untuk hidangan, tempe bisa disajikan dan diolah dengan cara digoreng, direbus, dan ditumis.

Tempe biasanya diolah dengan berbagai bumbu dan rempah untuk menambah cita rasa dan kelezatan. Olahan tempe memiliki banyak variasi dan kreativitas dalam penyajiannya, sehingga bisa menjadi alternatif makanan sehat dan bergizi dalam menu sehari-hari.

Untuk membahas sejarah, khasiat dan olahan tempe yang lebih baik untuk kesehatan, kami berbincang dengan dosen Fakultas Bioteknologi, Dionysius Subali dari Universitas Katolik Atma Jaya.

Simak videonya disini:

Tonton video-video seputar sains menarik lainnya hanya di channel YouTube dan TikTok The Conversation Indonesia, jangan lupa ikuti dan berlangganan sekarang juga!

Klik link dibawah ini:

YouTube The Conversation Indonesia

TikTok The Conversation Indonesia

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,600 academics and researchers from 4,945 institutions.

Register now