Menu Close
kredit perbankan
Faktor manusia bisa jadi alasan di balik keputusan pemberian kredit. pixabay/pexels, CC BY-SA

Riset: dari firasat bankir hingga etnis peminjam, bagaimana faktor manusia menentukan pemberian kredit

Bank seringkali menolak pengajuan kredit oleh nasabahnya meskipun semua syarat telah terpenuhi.

Keputusan ini, menurut studi kami, turut dipengaruhi oleh faktor manusia (human factor) yang menganalisis dan memutuskan kredit (di sini kami sebut sebagai “bankir”). Ini termasuk faktor psikologis dan relasi dengan pemohon.

Walaupun kini telah banyak teknologi yang membantu proses analisis dan pengambilan keputusan pada kredit perbankan seperti kecerdasan buatan, machine learning, dan analisis big dataperan manusia di dalamnya ternyata masih signifikan.

Seorang bankir harus mengetahui faktor apa saja yang bisa menimbulkan kesalahan, mengingat keputusan kredit yang bias berisiko menyebabkan gagal bayar dan masalah di kemudian hari.

Namun, manusia terkadang membuat kesalahan kognitif dalam pengambilan keputusan. Misalnya, terkait analisis pinjaman, bankir bisa saja melebih-lebihkan potensi industri calon peminjam yang sebetulnya memiliki probabilitas kesuksesan yang kecil.

Berikut sejumlah faktor manusia, baik dari eksternal dan internal bankir, yang mempengaruhi keputusan pemberian kredit.

Faktor eksternal: identitas peminjam pengaruhi keputusan kredit

Kami berusaha memetakan faktor-faktor terkait manusia yang mempengaruhi pengambilan keputusan kredit. Kami mengkaji 30 dari 104 literatur yang kami temukan lewat pencarian kata kunci “decision” (keputusan), “behavioral” (perilaku), “credit/loan” (kredit/pinjaman), “banking” (perbankan), “SME” (usaha kecil dan menengah), “finance” (keuangan) dan “rating/scoring” (peringkat atau skor kredit).

Hal-hal yang berasal dari luar bankir dapat mempengaruhi pembuat keputusan pemberian kredit. Ini termasuk pengaruh dari organisasi, informasi dari pihak ketiga, serta hal-hal yang melekat dari calon peminjam.

Pertama, pengaruh organisasi. Sebagai sebuah organisasi, bank maupun usaha calon pemohon berpengaruh pada keputusan kredit. Bagaimana tingkat keuntungan (profitabilitas) industri pemohon dan bank itu sendiri, termasuk non-performing loan (NPL) atau utang bermasalah yang tidak dibayarkan atau melewati tenggat waktu,. Tiap tahunnya, bank mengeluarkan panduan untuk mengarahkan para bankir soal industri mana yang menarik untuk diberikan kredit dan mana yang sebaiknya dihindari.

Ambang batas NPL bank maupun NPL individu bankir juga mempengaruhi keputusan bankir. Para bankir akan mengambil keputusan dengan hati-hati apabila angka NPL nya sudah mendekati ambang batas.

Kedua adalah informasi pihak ketiga yang diperoleh bankir dari pemasok, pembeli, perusahaan sejenis, komunitas lokal, bahkan internet dan media massa. Di era serba digital, informasi mengenai keterlibatan kasus hukum, kredibilitas, bahkan gaya hidup seorang calon peminjam sangat mudah didapatkan.

Ketiga, sifat, perilaku, dan kepribadian peminjam juga bisa mempengaruhi seorang bankir dalam membuat keputusan. Di Indonesia – pun di negara lainnya seperti Inggris yang masyarakatnya cenderung homogen – ras, etnis, dan gender calon peminjam mempengaruhi pengambilan keputusan. Calon peminjam dari ras kulit hitam mengalami kesulitan dalam mengakses pembiayaan. Selain itu, calon debitur laki-laki dipandang lebih layak diberikan kredit daripada perempuan.

Penelitian di India menyatakan karakteristik perilaku dan psikologis tertentu dari peminjam dapat secara signifikan memprediksi potensi gagal bayar. Misalnya, tingkat kepercayaan diri seorang pemilik bisnis terhadap kemampuan berwirausaha, kepribadian, stigma sosial, pengendalian diri, pandangan politik, dan harga diri.

Faktor internal: dari kepercayaan hingga intuisi

Nah, faktor yang berasal dari dalam diri bankir itu sendiri juga bisa menentukan perolehan kredit oleh calon peminjam. Termasuk di antaranya adalah kepercayaan terhadap peminjam, kepercayaan diri bankir, integritas, relasi dengan peminjam, hingga pengalaman masa lalu si bankir.

Kepercayaan berhubungan positif dengan jumlah pinjaman yang diberikan dan berhubungan negatif dengan risiko pembatasan (covenant) pada perjanjian kredit. Jika seorang bankir semakin percaya dengan calon peminjam, maka persentase pinjaman disetujui akan semakin besar dan persyaratan yang dikenakan akan semakin ringan.

Hubungan antara bankir dan pemohon juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan kredit. Hampir sama dengan kepercayaan, hubungan dikumpulkan dari informasi dan komunikasi masa lalu. Bankir yang telah mengenal pemohon – entah dengan cara yang baik atau buruk – bisa terpengaruh keputusannya.

Sementara, kredit yang dianalisis oleh bankir dengan kompetensi dan kepercayaan diri yang tinggi memiliki probabilitas persetujuan yang tinggi pula.

Selanjutnya, integritas bankir berhubungan dengan akuntabilitas dan transparansi kredit. Jika bankir melakukan penipuan, menerima suap, serta korupsi – kemungkinan besar akan terjadi gagal bayar kredit dan pinjaman bisa bermasalah di kemudian hari. Dalam banyak kasus, bankir berintegritas rendah dapat menyetujui kredit yang dianggap kurang layak.

Tak hanya itu, sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa intuisi bankir ternyata punya andil dalam keputusan pemberian kredit. Bankir yang menggunakan aspek psikologis – seperti intuisi atau firasat – sebenarnya bisa menimbulkan bias yang mungkin berisiko bagi bank. Namun, walaupun tidak jelas dan sulit dipahami, intuisi juga dapat dikaitkan dengan indikator yang tepat dan dapat diverifikasi dari calon debitur. Intuisi kerap muncul dari tindak-tanduk calon peminjam, dan ini bisa dikonfirmasi lewat analisis laporan keuangan atau kunjungan ke fasilitas bisnis peminjam prospektif.

Terakhir, menurut pengalaman saya ketika menjadi praktisi perbankan, para bankir cenderung menghindari industri atau kasus yang sama ketika mereka mendapatkan pengalaman buruk dengan industri atau kasus serupa. Namun, hasil penelitian menyatakan bahwa pengalaman masa lalu tidak mempengaruhi keputusan bisnis, karena bankir – bahkan yang telah senior dan banyak pengalaman – tetap mengacu pada data untuk mendapatkan informasi dan mengambil keputusan ketika berhadapan dengan situasi yang nyaris sama dengan sebelumnya.

Jadi, jika Anda sudah memenuhi berbagai persyaratan tapi gagal mendapatkan kredit, perlu diingat bahwa banyak faktor yang bisa mempengaruhi keputusan pemberian kredit – termasuk faktor manusia di dalamnya.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 183,300 academics and researchers from 4,954 institutions.

Register now