Selain memahami mengenai sumber dan pola gempa, kita juga sangat perlu menerapkan pembangunan konstruksi yang aman gempa sebagai dari upaya pengurangan risiko bahaya gempa.
Dalam perspektif gender, perempuan banyak menjadi korban dalam situasi bencana karena memiliki akses yang lebih rendah terhadap sumber daya seperti sarana toilet dan air bersih selama di pengungsian.
Kota dan kabupaten di Indonesia harus memiliki perencanaan tata ruang yang peka terhadap bencana atau bahkan mempromosikan budaya keselamatan dalam kehidupan sehari-hari publik.
Belajar dari gempa Lombok dan Palu, seharusnya pemerintah dan masyarakat Indonesia bangkit dan sadar pentingnya dan gentingnya beraksi mengurangi risiko bencana.
Sejak publikasi katalog gempa Jepang yang berisi 8331 gempa yang dideteksi seismograph yang dikembangkan Milne dan timnya, kalangan akademisi dan birokrat Jepang menjadi lebih sadar gempa.