Lautan Selatan (Antarktika) merupakan penyimpanan utama panas dan karbon di Bumi, serta rumah bagi kehidupan laut yang menakjubkan seperti penguin, alga, dan paus.
Samudra Pasifik memproduksi oksigen, membantu pengaturan udara, menyediakan makanan dan mata pencaharian. Ia juga tempat kegembiraan, penghiburan dan spiritualitas. Namun, lautan ini sedang terancam.
Kapal memancing memasuki Le Guilvinec, Brittany, Prancis.
Photoneye/Shutterstock
Samudra Atlantik masih berkembang, namun manusia sudah melakukan eksploitasi terhadap sumber daya yang ada. Contoh terkenal untuk kasus overfishing adalah ikan kod di Atlantik Utara.
Lebih bernilai dibanding kelihatannya.
David Stanley/Flickr
Lahan gambut di seluruh dunia punya jumlah karbon besar dan bisa menjaga Bumi dari pemanasan. Namun, meningkatnya suhu dan penggunaan berlebihan dapat mengubah fungsinya.
Laporan terbaru terkait data kesehatan di dunia yang memanas. Setidaknya 296.000 kematian terkait panas terjadi pada usia di atas 65 tahun pada tahun 2018.
Aksi “Jeda Untuk Iklim” yang digelar kaum muda menuntut pemerintah dan para pemimpin industri menyelamatkan Bumi dari krisis iklim.
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nz
Salah satu yang mempengaruhi pemahaman terkait perubahan iklim sampai kepada generasi muda adalah pembingkaian (framing) pesan perubahan iklim dalam pemberitaan.
Penambahan caampuran solar dengan minyak nabati.
ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/foc/16
Sistem ekonomi konvensional harus bisa beralih kepada ekonomi sirkular yang bisa ciptakan pekerjaan, kurangi biaya bahan baku dan selamatkan lingkungan.
Pandemi COVID-19 mengakibatkan pertemuan konferensi iklim tahunan ditunda selama 1 tahun, tapi juga menurunkan emisi karbon. Apakah itu cukup dan apakah kondisi ini akan terus berlangsung?
Mendaur ulang dan mematikan lampu adalah langkah baik, namun tidak sepenting mengurangi konsumsi daging, perjalanan udara, dan berkendara pada basis individual untuk perubahan iklim.
Campur tangan manusia terhadap lingkungan dapat meningkatkan ancaman penyakit, seperti COVID-19. Namun, bersentuhan dengan alam juga bisa menjadi solusi untuk pandemi ini.
Mahasiswa sedang mendapatkan pelajaran lapangan di program studi Kehutanan, UGM.
Konsentrasi karbon dioksida global di atmosfer mencapai 400 ppm sekitar 4 juta tahun lalu. Rata-rata, Bumi lebih hangat 3°C. Namun, bagian utara, lebih hangat 14°C daripada saat ini.
Sejumlah wisatawan berada di kawasan Pantai Melasti, Badung, Bali, Rabu (24/6/2020). Beberapa pengelola pantai mulai membuka kembali kunjungan wisatawan dengan penerapan prokotol pandemi COVID-19.
Fikri Yusuf/ANTARA FOTO
Pembatasan aktivitas manusia memberikan waktu bagi ekosistem laut untuk memulihkan diri. Namun, kehadiran manusia dibutuhkan untuk program konservasi laut.
Spesies “pemenang” berevolusi di wilayah yang hangat dan subtropis. Sementara, yang berada di wilayah dingin adalah spesies “yang kalah” dan berisiko punah.