Seiring bencana yang semakin intensif dan perang yang berlangsung di Ukraina, apa yang bisa kita harapkan dari pertemuan penting ini?
Disiplin ilmiah, gaya jurnalistik
Artikel-artikel mengenai COP26
Menampilkan semua artikel
Melalui taktik-taktik yang frontal beserta mobilisasi digital, Fridays for Future dan Extinction Rebellion memberi “darah” baru bagi aktivisme lingkungan dan mempercepat aksi iklim secara global.
Upaya mitigasi dan adaptasi Indonesia terkait perubahan iklim belum sesuai dengan komitmen COP26.
Tantangan terbesar dalam pengurangan sampah sisa makanan adalah mendorong pelaksanaan aturan pemilahan dan pengolahannya.
Pemerintah perlu melengkapi target pengurangan emisi sektor kehutanan dengan pedoman pelaksanaan yang lebih rinci dan dapat dievaluasi secara kuantitatif maupun spasial.
Melalui interaksi dengan mangrove, rasa memiliki (sense of belonging) pun tercipta karena warga selalu menginginkan tanamannya tumbuh subur.
Kenaikan muka air laut dapat menimbulkan gelombang yang lebih besar sehingga “mendesain ulang” garis pantai.
Pada episode kali ini, kami ngobrol dengan Rini Astuti, peneliti iklim di Australian National University tentang bagaimana generasi muda akan merasakan dampak terparah krisis iklim pada tahun 2050.
Pendanaan karbon dapat membantu transisi energi batu bara ke energi terbarukan.
Samudra Hindia memberikan cara pandang baru atas sejarah dunia yang lebih banyak didominasi oleh Eropa.
Samudra Atlantik masih berkembang, namun manusia sudah melakukan eksploitasi terhadap sumber daya yang ada. Contoh terkenal untuk kasus overfishing adalah ikan kod di Atlantik Utara.
Pandemi COVID-19 mengakibatkan pertemuan konferensi iklim tahunan ditunda selama 1 tahun, tapi juga menurunkan emisi karbon. Apakah itu cukup dan apakah kondisi ini akan terus berlangsung?
Kontributor teratas
-
Pro Vice-Chancellor of Research, University of Technology Sydney
-
Professor of African Literature, University of the Witwatersrand
-
Principal Scientist, Centre for International Forestry Research
-
Chairman, Indonesian Academy of Sciences
-
Senior Lecturer, University of Pretoria
-
Assistant Professor of International Relations, Johns Hopkins University
-
Lecturer and Marine Reseacher, Universitas Padjadjaran
-
Harold T. Stearns Professor of Earth Science, Wesleyan University
-
Research Fellow, Australian National University
-
Maître de conférences, économiste, laboratoire Amure (UBO, Ifremer, CNRS), Université de Bretagne occidentale
-
Researcher, Indonesian Center for Environmental Law (ICEL)
-
Peneliti Mangrove, Kelompok Penelitian Bioekologi Vegetasi Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)
-
Dosen Program Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia
-
Researcher, Universitas Padjadjaran
-
Doctoral Researcher in International Relations, University of Sussex
