Ada asumsi bahwa orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai aseksual itu juga ‘aromantis’ – bahwa mereka tidak tertarik atau tidak bisa menjalin hubungan romantis. Benarkah?
Secara tradisional, untuk diterima menjadi bagian dari kehidupan biara Buddha, seseorang harus memenuhi sejumlah persyaratan, termasuk memiliki identitas seksual yang “jelas”.
Pandemi COVID-19 secara tidak proporsional berdampak pada individu LGBT+, khususnya mereka yang hidup dengan HIV, pekerja seks, individu transgender, dan mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Praktik meminggirkan individu LGBTQIA+ dari ruang religius punya sejarah yang panjang dan berkelok. Riset baru saya mengungkap pengalaman 24 orang di Australia yang mengalami hal tersebut.
Politik homofobia kini tidak hanya ditujukan kepada kelompok non-heteroseksual saja, tetapi juga kepada orang yang memiliki pemikiran yang inklusif terhadap kelompok minoritas seksual.
Pengetahuan sains terbukti berhubungan dengan sikap positif terhadap kelompok minoritas seksual. Namun, ini sangat tergantung dengan persepsi atau perasaan terancam yang dimiliki seseorang.
Gedung kantor perwakilan diplomatik merupakan wilayah yurisdiksi ekstrateritorial dari negara pengirim, sehingga pada gedung tersebut berlakulah hukum negara asalnya, bukan negara lokasi gedungnya.
Para jurnalis tidak mendapatkan sarana, akses, serta materi yang cukup atas isu-isu LGBTIQ. Inilah yang membuat hasil pemberitaan dan tulisan mereka cenderung bernada diskriminatif.
Hubungan antara Islam dengan keberagaman gender dan seksualitas tidak selalu dapat dipahami secara dikotomis, melainkan dialektis dan dapat dikompromikan
Seiring komunitas akademik dunia Barat dan Indonesia menjalin kerjasama, kita harus terus mencari jalan bersama untuk melawan diskriminasi, termasuk terhadap komunitas LGBT.
Popularitas genre Boys Love sudah marahk diproduksi, khususnya di Thailand. Fenomena tersebut terjadi karena adanya proses pertukaran budaya dan permintaan penggemarnya. Lalu, bagaimana di Indonesia?
Pembungkaman atas isu LGBT di kampus sudah berlangsung lama - paling tidak sejak era Orde Baru - dan sayangnya terus terjadi hingga kini. Namun, perlawanan tidak berhenti.
Di tengah-tengah derasnya sanksi DO terhadap mahasiswa yang terlibat aktivisme, akademisi menganggap kebijakan #KampusMerdeka belum memperhatikan hak sipil mereka dengan baik.
Survei SMRC mengungkapkan bahwa eksklusi sosial terhadap LGBT meningkat, terutama di tingkat komunitas—sebagaimana ditunjukkan oleh rendahnya tingkat penerimaan memiliki tetangga LGBT.