Individu dengan lebih banyak koneksi di luar keluarga dekat dan teman dekat mereka lebih memungkinkan untuk mengungsi dari daerah yang rentan sebelum terjangan badai terjadi.
Meskipun beberapa pengguna media sosial dapat memonetisasi “like” di media sosial mereka, kita justru melakukannya tanpa tujuan & malah mengubah kita menjadi pion untuk penggunaan politik & komersil
Kami menggunakan teknik terbaru dari kecerdasan buatan untuk mempelajari bagaimana dukungan atau penolakan berita bohong dapat tersebar di media sosial.
Pengguna Facebook seharusnya tidak perlu mempercayai media sosial tersebut tapi bukan berarti mereka bisa mengabaikan fitur yang dianggap penting untuk berhubungan dengan orang lain.
Demokrasi akan menguat jika kita belajar bagaimana menggunakan internet dengan bijak. Jika kita menyerahkannya kepada angin pasar bebas mungkin akan kita dapati internet menguasai kita.
Individu memiliki kecenderungan untuk menjadi lebih cemas, mudah marah, merasa lebih memadai dan memiliki perasaan rendah diri yang bersifat sementara setelah melihat media sosial.
Facebook ingin Anda lebih banyak share momen pribadi daripada berita. Selintas sepertinya ok. Tapi dengan cara ini, sebenarnya Mark Zuckerberg ingin Anda lebih banyak lihat iklan ketimbang berita.
Lebih dari 300 jam tayangan diunggah ke YouTube tiap menitnya. Banyak yang kurang ajar membuat parodi tidak pantas dari karakter yang disukai anak-anak. Mengetahui dan hati-hati menjadi langkah awal.
Sudah banyak orang tua tahu hal-hal negatif berkenaan dengan jejak digital kita dan anak-anak. Tetapi banyak yang belum tahu bahwa jejak digital bisa membangun masa depan anak.
Iklim politik yang gerah, ditambah mudahnya orang berbagi konten kontroversial di media sosial, membuat kita penasaran kapan sebaiknya “berhenti berteman”. Apa saran Aristoteles?