Riset di Yogyakarta menunjukkan tiga praktik utama yang dapat digunakan untuk mempromosikan partisipasi dan inklusi sosial bagi penyandang disabilitas di kampung kota. Apa saja praktik tersebut?
Kita semua bertanggung jawab untuk terus mengawal pemenuhan hak-hak kesehatan yang inklusif. Kita harus mengakhiri mispersepsi dan stigma terkait penyandang disabilitas.
Cakupan vaksinasi COVID-19 tidak terlepas dari kesiapan daerah dengan menyediakan lokasi vaksinasi yang dekat dengan tempat tinggal dan program vaksinasi massal.
Kita memandang penyandang disabilitas sebagai orang yang tidak dapat melakukan apa-apa, sehingga perlu “diperbaiki” agar mereka mampu untuk melakukan berbagai hal.
Berbicara tentang perawatan, penelitian tentang long COVID telah menghasilkan pedoman pengobatan yang diusulkan, yang menjanjikan untuk membantu orang hidup lebih baik dengan kondisi tersebut.
Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Komisi Nasional Disabilitas dapat berperan memberi panduan dan mengontrol aksesibilitas teknologi informasi di Indonesia.
Pada episode SuarAkademia kali ini, kami ngobrol dengan Slamet Thohari dari Universitas Brawijaya tentang minimnya dukungan dan akses pendidikan tinggi bagi penyandang disabilitas di Indonesia.
Riset terbaru kami menunjukkan bahwa kelompok penyandang disabilitas di Sulawesi Selatan memiliki beberapa strategi untuk membantu mereka berjuang selama pandemi.
Mengesampingkan penyandang disabilitas dalam persiapan dan menanggapi bencana membuat mereka semakin rentan. Ada bentuk kemitraan baru yang memungkinkan mereka memainkan peran lebih penting dan aktif.
Komunitas tuli butuh juru bahasa isyarat atau teks bantuan untuk mengakses layanan umum. Survei kami menemukan hal tersebut belum tersedia dalam berbagai sektor mulai dari pendidikan hingga kesehatan.
Keterlibatan warga difabel dalam ekosistem riset di Indonesia masih sangat rendah. Ini disebabkan oleh berbagai halangan institusional serta budaya yang sekadar “mengasihani” penyandang disabilitas.
Penyandang disabilitas adalah kelompok rentan yang paling parah merasakan dampak COVID-19. Berdasarkan suatu studi, 86% dari 1.683 responden perkerja difabel berkurang penghasilannya hingga 80%.