Kekerasan verbal ‘online’ memiliki dampak yang tak kalah serius dari kekerasan fisik. Vector Point Studio/Shutterstock.
Mengatasi kekerasan verbal ‘online’ membutuhkan pendekatan multidimensi yang melibatkan berbagai pihak, dari individu hingga pembuat kebijakan.
Konten digital penggemar K-pop dengan mengadopsi penggambaran idol K-pop dalam figur Anies Baswedan.
Penggemar K-pop Indonesia yang tidak suka ditunggangi kepentingan politik, kini membuat gerakan politik melalui aktivisme digital.
Grup MNC menggambarkan afiliasi yang ekstrem antara media dan politik.
MNCLand
Riset ini mengkonfirmasi adanya kompleksitas masalah kepemilikan media dan afiliasi politik.
giggsy25
Inisiatif cek fakta memang penting, tetapi perlu lebih banyak konten dalam bentuk visual agar dapat menarik lebih banyak perhatian publik.
Demonstrasi terkait media sosial.
Manish Swarup/AP
Internet dianggap sebagai teknologi pembebasan dan dituduh merusak demokrasi. Penelitian menunjukkan anggapan dan tuduhan tersebut ada benarnya.
(The Conversation/Wes Mountain)
Akun-akun ‘kampus cantik’ merupakan gejala budaya pendisiplinan tubuh perempuan di lingkungan kampus, tempat yang seharusnya menjadi ruang kritis.
Pengunjuk rasa menolak kewajiban vaksin di Kosta Rika.
Jeffrey Arguedas/EPA
Upaya menangkal misinformasi di level individu dan platform perlu dibarengi dengan upaya kebijakan dan kebudayaan.
Generasi muda tumpuan baru untuk urai benang kusut Peristiwa ‘65
Di episode SuarAkademia kali ini, kami ngobrol dengan Gloria Truly Estrelita, kandidat doktor di EHESS, Paris tentang berbagai gerakan dari kaum muda untuk mendorong upaya penyelesaian Peristiwa 1965.
Aktivis Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) menggelar aksi Kamisan di depan Istana Merdeka, Jakarta, tahun lalu. JSKK meminta Presiden Joko “Jokowi” Widodo segera menuntaskan kasus pelanggaran HAM di masa lalu .
Galih Pradipta/Antara Foto
Upaya menawarkan narasi alternatif dari Peristiwa 1965 terus berlangsung di dunia digital.
Mohamad Hamzah/Antara Foto
TikTok, sebuah platform media sosial yang populer di kalangan Gen Z, menyediakan ruang untuk mengekspresikan identitas lokal dan kedaerahan anak muda Indonesia.
existentist/flickr
Wabah COVID-19 telah membuat perusahaan media kehilangan omset dan memberikan tekanan lebih kepada pekerjanya.
Pixabay.com
Keterampilan literasi media adalah salah satu upaya melindungi anak dari konten kekerasan di berbagai media.
Flickr
Media daring gagal berfungsi sebagai alat kontrol sosial dengan membangun empati terhadap korban; media justru memperbesar objektifikasi.
Twin Design/Shutterstock
Individu memiliki kecenderungan untuk menjadi lebih cemas, mudah marah, merasa lebih memadai dan memiliki perasaan rendah diri yang bersifat sementara setelah melihat media sosial.
Bulan lalu Mark Zuckerberg mengumumkan langkah Facebook terbaru.
Shutterstock
Facebook ingin Anda lebih banyak share momen pribadi daripada berita. Selintas sepertinya ok. Tapi dengan cara ini, sebenarnya Mark Zuckerberg ingin Anda lebih banyak lihat iklan ketimbang berita.
Jika anak muda kehilangan kepercayaan pada informasi sama sekali, dampak jangka panjangnya bisa lebih merugikan.
Shutterstock
Spektrum berita bohong lumayan luas. Mulai dari yang nyata-nyata ketahuan bohong hingga yang mengecoh dengan halus sehingga kita tidak sadar.