Ramainya perdebatan di sosial media yang membanding-bandingkan jumlah kosa kata bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Tapi apakah benar Bahasa Indonesia adalah bahasa malas yang miskin suku kata?
Kebijakan EMI sedang marak diterapkan oleh banyak universitas di Indonesia. Salah satunya melalui penggunaan bahasa Inggris saja di kelas. Apakah kebijakan ini efektif untuk konteks Indonesia?
Bahasa “Jaksel” sering dianggap cerminan tingkat pendidikan dan kelas sosial yang tinggi. Bisa jadi itu benar, tapi fenomena ini bisa dikaji lebih dalam dari lensa sejarah, tata ruang, dan kebahasaan.
Rasman, Universitas Negeri Yogyakarta; Reni Nastiti, Universitas Negeri Yogyakarta, and Tatum Derin, Universitas Lancang Kuning
Promosi bahasa daerah kepada masyarakat, pelajar, dan anak muda perlu menekankan bahwa bahasa daerah adalah “aset” dalam berkomunikasi, bukan hanya beban warisan.
Ketimbang mengecap sistem pemeringkatan kampus sebagai wujud penindasan, berbekal kritik dari dunia akademik, kita justru punya peluang untuk memperbaikinya.
Banyak orang tua mulai meninggalkan kesan tradisional dalam kosakata bahasa daerah dan cenderung memilih kosakata bahasa asing dalam pemberian nama untuk anak-anak mereka.
Walau terdengar sopan, ada beberapa alasan mengapa kita harus berhenti meminta maaf atau merasa minder ketika berbicara bahasa Inggris dengan aksen kita sendiri.
Di Indonesia, ada ketakutan bahwa pengajaran Bahasa Inggris ala penutur asli (native speaker) dapat merusak bahasa dan budaya Indonesia. Bagaimana pengajarannya yang tepat?
Stephen Dobson, Te Herenga Waka — Victoria University of Wellington and Muhammad Zuhdi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pentingnya bahasa Inggris telah mengakibatkan globalisasi pendidikan berjalan satu arah. Padahal, berbagai sistem pendidikan lain memiliki tatanan nilai yang berbeda yang perlu dipertimbangkan.
Baik tua maupun mereka, setiap orang yang belajar bahasa lain tampaknya memiliki peluang yang sama untuk menjadi pembicara yang sangat mahir selama mereka ditempatkan di lingkungan yang mendukung.
Adjunct Research Fellow Victoria University of Wellington; Head of the Quality Assurance Institute and Senior Lecturer, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta