Sebagai ruang publik baru, media sosial memiliki data penting bukan saja untuk penelitian ilmiah, tapi juga agar peneliti dapat terlibat mengatasi berbagai permasalahan di masyarakat.
Amid the COVID-19 pandemic, Southeast Asian governments not only have to deal with the virus but also with the false information surrounding it.
Di tengah pandemi COVID-19, pemerintah-pemerintah di Asia Tenggara tidak hanya harus menghadapi virus, tapi juga dengan informasi palsu yang berada di sekitarnya.
Jumlah pengecek fakta di Asia Tenggara terbatas; pengecekan fakta menjadi tantangan yang sulit untuk ditangani,
Petugas kesehatan dan penggali kuburan memakamkan jenazah dengan protokol kesehatan COVID-19, di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tengku Mahmud Palas, Kota Pekanbaru, Riau, 4 September 2020.
ANTARA FOTO/FB Anggoro/hp.
Nurhayati, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara and Tri Bayu Purnama, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Selain mengedukasi masyarakat, Dinas Kesehatan harus juga mengedukasi ulama terlebih dulu tentang prosedur pemulasaraan jenazah yang terpapar COVID-19.
Politikus dan partai politik di Indonesia harus bisa menahan diri untuk tidak mengerahkan pasukan siber untuk memenangkan perebutan kekuasaan dalam pemilu dan membelah opini publik terkait kebijakanu .
Gerakan literasi digital membutuhkan kolaborasi antar pemerintah, platform media sosial dan masyarakat.
www.shutterstock.com
Assistant Professor of Communication Studies College of Arts and Sciences Department of Languages, Literature, and Communication Studies, Northern State University