Sudah banyak penelitian dan kajian, juga produk perencanaan, untuk menanggulangi banjir Jabodetabek. Namun sedikit yang sudah benar-benar telah dilaksanakan.
Ada sebuah kerangka analisis yang efektif untuk merancang sistem komunikasi risiko bencana yang benar-benar melibatkan semua pihak, termasuk masyarakat lokal.
Dalam perspektif gender, perempuan banyak menjadi korban dalam situasi bencana karena memiliki akses yang lebih rendah terhadap sumber daya seperti sarana toilet dan air bersih selama di pengungsian.
Kota dan kabupaten di Indonesia harus memiliki perencanaan tata ruang yang peka terhadap bencana atau bahkan mempromosikan budaya keselamatan dalam kehidupan sehari-hari publik.
Usaha-usaha sebelumnya untuk melindungi gedung-gedung dari gempa bumi dengan mengubah dasar bangunan mereka hasilnya menunjukkan sesuatu yang menjanjikan.
Program kesadaran dan pendidikan yang berkelanjutan adalah bagian terpenting dari sistem peringatan tsunami di daerah pesisir seperti Palu yang berisiko tsunami.
Individu dengan lebih banyak koneksi di luar keluarga dekat dan teman dekat mereka lebih memungkinkan untuk mengungsi dari daerah yang rentan sebelum terjangan badai terjadi.
Korban masih menunggu ganti rugi dampak tumpahan minyak Montara sembilan tahun lalu. Liputan media mengenai mitigasi bencana besar tersebut tidak substantif menurut sebuah penelitian.
Pesisir Semarang ambles dan warga di sana semakin miskin akibat bencana. Mereka tidak tinggal diam menghadapi banjir rob yang menghampiri sehari dua kali ke rumah-rumah mereka.