Kasus bunuh diri yang terjadi di kalangan mahasiswa Indonesia belakangan ramai diperbincangkan. Belum lama ini, seorang mahasiswi di Sidoarjo, Jawa Timur, ditemukan meninggal dunia di dalam mobilnya dan…
Mahasiswa Gen Z memiliki karakteristik yang mempengaruhi persepsi dan cara mereka dalam belajar. Apa saja karakteristik tersebut? Bagaimana seharusnya dosen menyikapinya?
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, mengumumkan aturan baru terkait kebijakan skripsi untuk mahasiswa S1 dan D4 perguruan tinggi. Peraturan ini tertuang…
Rasa memiliki, atau sense of belonging adalah perasaan diterima, disertakan, dan dihargai. Penelitian menunjukkan jika mahasiswa merasa diterima di universitas mereka, hal itu memainkan peran penting dalam…
Jika pelajar dan mahasiswa marak menggunakan ChatGPT untuk menulis esai dan menjawab soal, apa yang bisa dilakukan dosen dan pengajar untuk mengantisipasinya?
Beragam spekulasi beredar tentang apa dampak ChatGPT terhadap perkuliahan. Namun, apa yang sebenarnya terjadi di lapangan? Survei baru kami melihat semester pertama mahasiswa memakai teknologi ini.
Dinamika relasi kerja di Indonesia membuat pekerja magang justru menanggung beban kerja besar yang menghasilkan nilai bagi pemberi kerja – tanpa timbal balik yang setara buat mereka.
Tak hanya dalam konteks belajar dan riset, pemanfaatan AI dengan tepat bisa membantu perguruan tinggi meningkatkan pengelolaan sumber daya serta kualitas layanan kampus.
Tanpa regulasi yang kuat, industri kursus online di Indonesia berpotensi hanya jadi pabrik sertifikat dan bahan pamer di media sosial tanpa manfaat pendidikan yang jelas bagi lulusannya.
Praktik ‘mark up’ laporan kegiatan mahasiswa telah menjadi rahasia umum yang terjadi di perguruan tinggi, serta menjadi bibit dan peluang korupsi di lingkungan kampus.
Selain regulasi integritas akademik yang lebih tegas, universitas harus menyediakan layanan dukungan agar mahasiswa bisa mengatasi hambatan akademik ketimbang mengandalkan bantuan pihak luar.
Penggunaan ujian lisan punya sejarah panjang bahkan sejak 2.000 tahun lalu – dan bisa kembali menjadi solusi bagi perguruan tinggi untuk menguji pengetahuan mahasiswa.
Upaya meberantasan kekerasan seksual di lingkungan kampus memerlukan inisiatif dari para perguruan tinggi, aksi dari pemerintah, dan aktivisme di level akar rumput.
Walau membuka kampus cabang asing bisa jadi pencapaian, universiats harus hati-hati agar tak hanya mengejar keuntungan publisitas atau komersial belaka. Ada setidaknya 4 faktor penentu keberhasilan.
BEM harus tetap memonitor demokrasi di tengah sinisme dan tantangan zaman. Lantas, apa yang dapat dilakukan BEM untuk tetap melayani rakyat dan mengawal kekuasaan agar tak ugal-ugalan?
Di Indonesia, para penyedia jasa joki bisa semakin marak akibat kombinasi budaya akademik yang penuh kompetisi, ketidakjelasan hukum, dan berpindahnya berbagai ujian dan penugasan ke ranah daring.
Adjunct Research Fellow Victoria University of Wellington; Head of the Quality Assurance Institute and Senior Lecturer, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta