Dedi Arman, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Perlahan dan pasti, Orang Laut menjadi korban kekerasan infrastruktur di perairannya sendiri akibat pembangunan yang tidak berorientasi pada kehidupan laut.
Elizabeth Linda Yuliani, Center for International Forestry Research – World Agroforestry (CIFOR-ICRAF) y Hasantoha Adnan Syahputra, Center for International Forestry Research – World Agroforestry (CIFOR-ICRAF)
Praktik ladang berpindah Gilir Balik justru berperan menjaga kelestarian lingkungan di Kalimantan Barat.
Elizabeth Linda Yuliani, Center for International Forestry Research – World Agroforestry (CIFOR-ICRAF) y Hasantoha Adnan Syahputra, Center for International Forestry Research – World Agroforestry (CIFOR-ICRAF)
Melihat lebih dekat tradisi ladang berpindah Gilir Balik yang sudah berlangsung selama ratusan tahun dan menopang kehidupan masyarakat Ngaung Keruh di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
Orang Tugutil sangat dekat dengan alam. Hingga tiba perusahaan tambang dan kayu membuat mereka tersingkir dan terpaksa beradaptasi dengan kehidupan lainnya.
Suku Punan Batu di Kalimantan adalah salah satu kelompok pemburu-pengumpul nomaden aktif yang masih ada di dunia. Mereka memiliki keunikan yang berbeda dari kelompok lain di Kalimantan.
Penjajahan dilakukan oleh pihak-pihak yang kuat, tak hanya pihak asing. Masyarakat adat menjadi pihak terjajah karena ruang hidup yang terebut dan hak-hak mereka diberangus.
Klaim masyarakat adat atas tanah leluhur mereka sangatlah sulit, dan sering kali bergantung pada kemampuan masyarakat untuk meyakinkan pihak berwenang setempat. Mengapa demikian?
Kisah-kisah di dalam “Sureq Galigo” tetap hidup dalam tradisi lisan dan norma adat masyarakat di berbagai wilayah di Sulawesi. Begitu juga dengan etika lingkungan di dalamnya.
Ada beberapa kemiripan menarik antara Klan Metkayina dengan gipsi laut di Indonesia, mulai dari cara hidup, hingga konflik yang mengancam kebudayaan mereka.
Kekacauan tata kelola seperti itu tidak saja berakibat buruk bagi kelangsungan konservasi, tetapi juga merusak reputasi pariwisata kita sebagai destinasi yang berkualitas rendah.
Partisipasi warga penting karena pariwisata dapat mengubah struktur masyarakat. Apalagi, sektor ini tengah bergairah setelah relaksasi perjalanan pasca-pandemi, ditambah budaya viral di media sosial.