Jika pelajar dan mahasiswa marak menggunakan ChatGPT untuk menulis esai dan menjawab soal, apa yang bisa dilakukan dosen dan pengajar untuk mengantisipasinya?
Alih-alih menyalahkan orang tua tunggal dan melanggengkan stigma, masyarakat dan pemerintah perlu memberi dukungan khusus bagi mereka untuk memastikan semua anak mendapat pendidikan berkualitas.
Bermain adalah hal yang sangat penting bagi anak-anak, tetapi bagaimana dengan orang dewasa? Kenapa kamu jarang melihat ibu atau ayah kamu main ayunan?
Sekolah-sekolah memblokir akses ke ChatGPT di komputer mereka untuk mencegah siswa melakukan kecurangan. Dua pakar kecurangan akademik menawarkan strategi yang sangat berbeda.
Bahasa “Jaksel” sering dianggap cerminan tingkat pendidikan dan kelas sosial yang tinggi. Bisa jadi itu benar, tapi fenomena ini bisa dikaji lebih dalam dari lensa sejarah, tata ruang, dan kebahasaan.
Ada asumsi bahwa orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai aseksual itu juga ‘aromantis’ – bahwa mereka tidak tertarik atau tidak bisa menjalin hubungan romantis. Benarkah?
Beragam spekulasi beredar tentang apa dampak ChatGPT terhadap perkuliahan. Namun, apa yang sebenarnya terjadi di lapangan? Survei baru kami melihat semester pertama mahasiswa memakai teknologi ini.
Dinamika relasi kerja di Indonesia membuat pekerja magang justru menanggung beban kerja besar yang menghasilkan nilai bagi pemberi kerja – tanpa timbal balik yang setara buat mereka.
Anak-anak dengan gangguan kecemasan lebih berkemungkinan untuk absen dari sekolah dan meraih nilai akademik yang lebih rendah ketimbang teman-teman mereka yang tidak mengalami gangguan kecemasan.
Kesalahpahaman tentang hubungan poliamori dan “polycule” bisa semakin melanggengkan stigma negatif terkait beragam gaya hubungan nontradisional. Jadi, bagaimana sebenarnya bentuk hubungan ini?
Reza Aditia, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Pembelajaran berbasis projek memang terdengar lebih keren dan progresif. Namun, pembelajaran yang berpusat pada guru masih relevan pada abad ke-21, bahkan dalam kondisi tertentu bisa jadi lebih baik.
Temuan kami menunjukkan bahwa orang tua di Yogyakarta memainkan peran penting dan aktif dalam advokasi kebijakan pendidikan – bukan hanya sekadar menggantikan tugas sekolah di rumah.
Tak hanya dalam konteks belajar dan riset, pemanfaatan AI dengan tepat bisa membantu perguruan tinggi meningkatkan pengelolaan sumber daya serta kualitas layanan kampus.
Tanpa regulasi yang kuat, industri kursus online di Indonesia berpotensi hanya jadi pabrik sertifikat dan bahan pamer di media sosial tanpa manfaat pendidikan yang jelas bagi lulusannya.
Praktik ‘mark up’ laporan kegiatan mahasiswa telah menjadi rahasia umum yang terjadi di perguruan tinggi, serta menjadi bibit dan peluang korupsi di lingkungan kampus.
Riset terbaru memaparkan realita kesejahteraan dosen di Indonesia dan menangkis persepsi publik bahwa profesi tersebut menjanjikan. Di tengah beban kerja yang berat, banyak dosen digaji sebatas UMR.
Benarkah dosen bukan buruh? Apakah tepat jika kita geram apabila pengelolaan kampus dianggap disamakan dengan lembaga politik atau korporasi? Bagaimana komunitas akademik perlu menyikapinya?