Tahun ketiga pandemi COVID-19: mengapa sistem kesehatan kita perlu perubahan besar
Teguh menjelaskan dinamika kebijakan selama pandemi antara kesehatan dan ekonomi, implementasi sains dalam kebijakan, dan pentingnya Indonesia bisa segera memproduksi vaksin sendiri.
Pandemi COVID-19 telah membawa perubahan besar pada berbagai kehidupan manusia termasuk cara kita berinteraksi, bersosialisasi, bekerja termasuk dalam mengakses pelayanan kesehatan.
Berkaca dari efisiensi dan fleksibilitas yang ditawarkan, bukan tidak mungkin setelah pandemi pun konsep “home-spital” akan terus menjadi tren di masyarakat, meski hanya untuk kasus-kasus ringan.
Otoritas kesehatan semestinya memegang kendali penuh terhadap penanganan krisis kesehatan, sementara aparat keamanan dapat dipergunakan sesuai dengan kapasitasnya.
Meskipun pandemi telah berlangsung selama lebih dari satu tahun, apakah layanan informasi Covid-19 mudah diakses oleh penyandang disailitas di Indonesia?
Dari riset ini bisa kita ketahui bahwa intervensi non-farmakologi dapat dipertimbangkan oleh pengambil keputusan untuk mengurangi risiko pandemi dari perspektif ekonomi.
Jumlah data dan transaksi online membludak. Hal itu dapat meningkatkan kemungkinan serangan siber, salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mengatur bagan di internet.
Terlalu banyak berita COVID-19 bisa membahayakan kesehatan Anda, saran para ahli. Jadi bagaimana caranya agar tetap terinformasi tanpa merasakan depresi?
Eva Suryani, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dan Nicholas Hardi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Seseorang dapat memersepsikan dirinya kesepian saat hanya seorang diri dan tidak diinginkan orang lain, seperti ditolak, berpisah, atau ditinggal oleh orang lain.
Implementasi aplikasi pelacak di Cina, India, dan Singapura tidak jauh berbeda dengan aplikasi PeduliLindungi. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah tindak lanjut dari data yang telah terkumpul.
Perubahan pola pembelajaran dan transisi pada tatap muka terbatas perlu memikirkan kerentanan anak berbasis bukti sehingga sekolah dan kita semua bisa melindungi mereka.
Celia Wijaya, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dan Robert Shen, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Kemungkinan lama kesembuhan tidak berdasarkan tingkat keberatan gejala. Orang dengan gejala ringan bisa saja memiliki lama waktu yang lebih lama untuk sembuh total dibanding gejala yang berat.
Jika biaya yang digunakan untuk memperoleh ivermectin dibebankan ke JKN, hal ini akan mengalihkan sumber daya yang seharusnya dapat digunakan untuk obat-obatan lain yang telah terbukti efektif.
Adrianna Bella, Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI); Dian Kusuma, Imperial College London, dan Gita Kusnadi, Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI)
Kebijakan di level makro yakni memastikan tidak terjadinya penumpukan kasus di masyarakat adalah langkah kunci lain sebagai upaya proteksi terhadap tenaga kesehatan di rumah sakit.